PROPOSAL (PRAKTEK KERJA LAPANG) PKL KHAIRUDDIN TERBARU

Budidaya Cabai Besar (Capsicum annuum L.)   
DI PT. BISI INTERNASIONAL
Tbk. FARM PUJON KABUPATEN MALANG


PROPOSAL PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL)
 






                                                                                                      
Oleh :
KHAIRUDDIN
2014330043



PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI
MALANG
2017




LEMBAR PENGESAHAN

JUDUL                       : “Budidaya Cabai Besar (Capsicum annuum L.) di PT. BISI Internasional Tbk. Farm Pujon Kabupaten Malang.
NAMA                        : Khairuddin
NPM                           : 2014330043
PROGRAM STUDI   : Agroteknologi
FAKULTAS               : Pertanian

                                                                                          


           Malang, 02 Januari 2017

Menyetujui,

Ketua Program Studi Agroteknologi



Ricky Indri Hapsari., SP. MP.




Mengetahui
Dekan Fakultas Pertanian


Dr. Ir. Widowati., MP.










KATA PENGANTAR

Puji serta syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan taufik serta hidayah-Nya kepada penulis sehingga penulis bisa menyelesaikan usulan Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini. Usulan ini berjudul Budidaya Tanaman Cabai Besar (Capsicum annuum L ) PT. BISI Internasional Tbk. Farm Pujon Kabupaten Malang”.
Usulan praktek kerja lapang ini dapat diselesaikan atas bantuan dan kerjasama berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1.   Ricky Indri Hapsari., SP.MP. selaku Ketua Program Studi Agroteknologi
2.   Para staf kepegawaian Fakultas Pertanian yang telah memfasilitasi dalam pembelajaran untuk bekal Praktek Kerja Lapangan (PKL).
3.   Para staf kepegawaian/karyawan Dinas Pertanian PT. Bisi Internasional Tbk. Farm Pujon kabupaten malang. yang berkenan memfasilitasi penulis dalam kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini.
4.   Orang tua yang selalu mendukung penulis dalam berbagai hal, khususnya dalam dukungan material dan spiritual.
5.   Teman – teman yang senantiasa membantu penulis dalam menyelesaikan usulan Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini
Semoga usulan Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini dapat bermanfaat sebagai acuan dalam melaksanakan kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini.


                                                                                    Malang, 01 Januari 2017


Penulis



DAFTAR ISI

     Page

LEMBAR PENGESAHAN ...................................................................................  i
KATA PENGANTAR ..........................................................................................  ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................  iii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................... ............. 1
1.1.    Latar Belakang....................................................................................... 1
1.2.    Tujuan................................................................................................... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................. 4
2.1.    Sejarah Penyebaran Tanaman Cabai Besar.......................................... 4
2.2.    Taksonomi Tanaman Cabai Besar............................................................ 5
2.3.    Morfologi Tanaman Cabai Besar......................................................... 5
2.4.    Syarat Tumbuh...................................................................................... 7
2.5.    Teknik Budidaya Cabai Besar.............................................................. 9

BAB III METODE PELAKSANAAN (PKL)........................................................... 15
3.1.    Waktu Dan Tempat............................................................................... 15
3.2.    Metode Kajian...................................................................................... 15
3.3.    Jadwal Kegiatan.................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 16

 

 
BAB I.  PENDAHULUAN

1.1.  Latar Belakang
Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya bekerja sebagai petani, sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang memberikan kontribusi yang sangat besar dalam perekonomian nasional, dalam penyerapan tenaga kerja, dan pemasukan devisa non migas. Tanaman cabai merah (Capsicum annum L.) telah dibudidayakan oleh petani secara luas ditanah air ini, khususnya di pulau Jawa. Karena tanaman cabai merupakan bahan kebutuhan yang harus ada.
Cabai besar (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu komoditas tanaman sayuran yang sangat prospektif dan handal, karena tanaman cabai mempunyai nilai ekonomi tinggi. Selain itu cabai mempunyai kegunaan sangat beragam, yaitu digunakan sebagai bumbu dapur, bahan baku industri makanan, obat-obatan, zat pewarna, bahan campuran minuman. Disamping itu cabai mengandung gizi yang sangat tinggi, terutama vitamin A dan vitamin C. Nilai gizi vitamin A pada cabai merah segar sebanyak (470 SI), pada cabai merah keriting (576 SI), sedangkan nilai gizi vitamin C pada cabai merah segar sebanyak (18 mg) dan pada cabai merah keriting sebanyak (50 mg). Selain kaya vitamin A dan vitamin C, cabai juga mengandung atsiri yang sangat bermanfaat sebagai bahan baku obat-obatan yang dapat menyembuhkan berbagai penyakit seperti sesak napas, pegal-pegal, rematik dan gatal-gatal. Zat capsaicin (C18H27NO3) yang terdapat dalam buah cabai dapat merangsang burung untuk mengoceh dan lebih menarik. Dengan demikian, buah cabai juga dimanfaatkan sebagai campuran bahan makanan ternak dan juga dimanfaatkan industri makanan dan minuman untuk menggantikan fungsi lada dan untuk memancing selera (Samadi, 1997).
Cabai merah (Capsicum annuum L.) termasuk salah satu jenis sayuran tanaman sayuran yang mempunyai arti penting bagi perkembangan ekonomi rumah tangga maupun negara. Beberapa tahun ini cabai menempati urutan paling atas diantara 18 jenis sayuran komersil yang dibudidayakan di Indonesia. Pembudidayaan komoditas ini mempunyai prospek cerah karena dapat mendukung upaya peningkatan pendapatan petani, pengentasan kemiskinan, perluasan kesempatan kerja, pengurangan impor dan peningkatan ekspor non migas. Meskipun harga pasar cabai sering naik turun cukup tajam, tetapi minat petani untuk membudidayakan cabai tidak pernah surut (Rukmana, 1994).
Produksi cabai selain untuk dalam negeri juga untuk ekspor. Pada tahun 2008 jumlah cabai merah 1,311 juta ton (menurun 26,14 % dibandingkan tahun 2007), terdiri dari cabai merah besar 798,32 ribu ton (60- 70 %). Dan tahun ke tahun produksi cabai semakin rendah, produksi cabai yang sangat rendah menyebabkan penyebaran produksi yang tidak merata disetiap saat dan didaerah-daerah, oleh karena itu menyebabkan harga cabai yang tidak mantap (Rachmat, 2007). Permintaan terhadap cabai terus meningkat, maka perlu didukung oleh teknologi budidaya intensif dan penanganan pasca panen yang memadai untuk menunjang usaha pemerintah meningkatkan pendapatan dan taraf hidup petani, memperluas kesempatan kerja, menunjang pengembangan agribisnis, meningkatkan ekspor sekaligus mengurangi impor, melestarikan sumber daya alam (Ruswandi, 2006).
Untuk meningkatkan produktifitas dan kualitas cabai yang baik sangat tergantung dengan cara-cara yang tepat pada budidaya tanaman cabai baik dari petani dan pengusaha pertanian di Indonesia, karena tanaman cabai membutuhkan perawatan secara khusus (Tjahjadi, 1991). Karena permintaan cabai terus meningkat maka perlu budidaya yang intensif, pengelolaan secara baik dan penanganan pasca panen yang memadai untuk menunjang usaha pemerintah dalam meningkatkan pendapatan dan taraf hidup petani, dengan cara memperluas lapangan kerja


1.2. Tujuan

  1. 1   Melatih mahasiswa agar mendapatkan keterampilan dan pengalaman dalam kegiatan Budidaya Cabai Besar.
    2.    Mengetahui dan mempelajari bagaimana kegiatan budidaya cabai besar di PT. BISI Internasional.Tbk. Farm Pujon Kabupaten Malang.


BAB II.  TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sejarah Penyebaran Tanaman Cabai Besar
Cabai merupakan tanaman perdu dari famili terong-terongan yang memiliki nama ilmiah Capsicum sp. Awalnya tanaman cabai tumbuh didaratan Amerika selatan dan Amerika Tengah, termasuk Meksiko, kira-kira sejak 2500 tahun sebelum masehi. Masyarakat yang pertama kali memanfaatkan dan mengembangkan cabai adalah orang Inca di Amerika Selatan, orang maya di Amerika Tengah, dan orang Aztek di Meksiko. Mereka memanfaatkan tanaman berbuah pedas tersebut sebagai bumbu penyedap makanan mereka. Salah satu prasasti yang ditemukan di Amerika juga memperlihatkan bahwa pimpinan terakhir Aztek, Montezuma, selalu meminum cokelat kekaisaran yang diberi dengan bubuk cabai untuk sarapan (Harpenas Dan dermawan, 2010). Masuknya cabai ke Indonesia belum ditemukan keterangan pasti, namun sudah sejak dahulu kala dibudidayakan di berbagai daerah, baik di dataran rendah, di dataran menengah, maupun di dataran tinggi. Di Indonesia, tanaman cabai tersebar luas di berbagai daerah, tetapi sebagai pusat penyebaran penting ialah Purworejo, Kebumen, Tegal, Pekalongan, Pati, Padang, Bengkulu, dan daerah lain (Prajnanta, 2007).

2.2. Taksonomi Tanaman Cabai Besar
Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Cabai Menurut klasifikasi dalam tata nama (sistem tumbuhan) tanaman cabai termasuk kedalam,
Kingdom         : Plantae (tumbuh-tumbuhan)
Divisi               : Spermatophyta (Tumbuham berbiji)
Subdivisi         : Angiospermae (Berbiji tertutup)
Kelas               : Dicotyledoneae (Biji berkeping dua)
Ordo                : Solanales
Famili              : Solanaceae
Genus              : Capsicum
Spesies            : Capsicum annum L

2.3. Morfologi Tanaman Cabai Besar
2.3.1.  Akar
  Menurut Harpenas dan Dermawan (2010) cabai adalah tanaman semusim yang berbentuk perdu dengan perakaran akar tunggang. Sistem perakaran tanaman cabai agak menyebar, panjangnya berkisar 25-35 cm. Akar ini berfungsi antara lain menyerap air dan zat makanan dari dalam tanah, serta menguatkan berdirinya batang tanaman. Akar tanaman cabai tumbuh tegak lurus ke dalam tanah, berfungsi sebagai penegak pohon yang  memiliki kedalaman ± 200 cm serta berwarna coklat. Dari akar tunggang tumbuh akar-akar cabang, akar cabang tumbuh  horisontal  didalam tanah, dari akar cabang  tumbuh  akar serabut yang berbentuk kecil- kecil dan membentuk masa yang rapat
2.3.2.      Batang
Menurut Hewindati (2006) Batang utama cabai adalah tegak dan pangkalnya berkayu dengan panjang 20-28 cm dengan diameter 1,5-2,5 cm. Batang percabangan berwarna hijau dengan panjang mencapai 5-7 cm, diameter batang percabangan mencapai 0,5-1 cm. Percabangan bersifat dikotomi atau menggarpu, tumbuhnya cabang beraturan secara berkesinambungan. Tanaman cabai dapat tumbuh setinggi 50-150 cm, merupakan tanaman perdu yang warna batangnya hijau dan beruas-ruas yang dibatasi dengan buku-buku yang panjang tiap ruas 5-10 cm dengan diameter data 5-2 cm.
2.3.3.      Daun
Menurut Dermawan (2010) daun cabai berbentuk hati, lonjong, atau agak bulat telur dengan posisi berselang-seling. Sedangkan menurut (Hewindati, 2006), daun cabai berbentuk memanjang oval dengan  ujung meruncing atau diistilahkan dengan oblongus acutus, tulang daun berbentuk menyirip dilengkapi urat daun. Bagian permukaan daun bagian atas berwarna hijau tua, sedangkan bagian permukaan bawah berwarna hijau muda atau hijau terang. Panjang daun berkisar 9-15 cm dengan lebar 3,5-5 cm. Selain itu daun cabai merupakan Daun tunggal, bertangkai (panjangnya 0,5-2,5 cm), letak tersebar. Helaian daun bentuknya bulat telur sampai elips, ujung runcing, pangkal meruncing, tepi rata, petulangan menyirip, panjang 1,5-12 cm, lebar 1-5 cm, berwarna hijau.
2.3.4.       Bunga
Menurut Hendiwati (2006), bunga tanaman cabai berbentuk terompet kecil, umumnya bunga cabai berwarna putih, tetapi ada juga yang berwarna ungu. Cabai berbunga sempurna dengan benang sari yang lepas tidak berlekatan. Disebut berbunga sempurna karena  terdiri  atas  tangkai bunga, dasar bunga, kelopak bunga, mahkota bunga, alat kelamin jantan dan alat kelamin betina. Bunga cabai disebut juga berkelamin dua atau hermaphrodite karena alat  kelamin jantan dan betina dalam satu bunga. Tjahjadi (2010) menyebutkan bahwa posisi bunga cabai menggantung. Warna mahkota putih, memiliki kuping sebanyak 5-6 helai, panjangnya 1-1,5 cm, lebar 0,5 cm, warna kepala putik kuning.

2.3.5.           Buah dan Biji
Menurut Prajnanta (2007), buahnya berbentuk kerucut memanjang, lurus atau bengkok, meruncing pada bagian ujungnya, menggantung, permukaan licin mengkilap, diameter 1-2 cm, panjang 4-17 cm, bertangkai pendek, rasanya pedas. Buah muda berwarna hijau tua, setelah masak menjadi merah cerah. Sedangkan untuk bijinya biji yang masih muda berwarna kuning, setelah tua menjadi cokelat, berbentuk pipih, berdiameter sekitar 4 mm. Rasa buahnya yang pedas dapat mengeluarkan air mata orang yang menciumnya, tetapi orang tetap membutuhkannya untuk menambah nafsu makan.

2.4.   Syarat Tumbuh
2.4.1.   Ketinggian tempat
Tanaman cabai besar mampu di tanam di semua tempat, baik dilahan sawah, tegalan (kering) atau pegunungan (dataran tinggi). Tanaman tersebut dapat tumbuh sampai ketinggian 1300 m dpl. Didaerah dataran tinggi tanaman tersebut dapat tumbuh tetapi mampu berproduksi secara maksimal. Sebaiknya untuk dataran tinggi menggunakan varietas Wibawa, Provost dan Sultan. Tanaman cabai besar umumnya tumbuh optimum didataran rendah hingga menengah pada ketinggian 1300 m dpl. Dan pada ketinggian diatas 1300 m dpl tanaman ini tumbuh sangat lambat dan pembentukan buahnya juga terhambat ( Harpenas dan Dermawan. 2010). Sedangkan menurut Kusandriani (1996), cit. Intara et,al. (2011)  menyatakan bahwa tanaman cabai memiliki daya adaptasi yang luas. Tanaman cabai dapat diusahakan baik didataran rendah ataupun dataran tinggi. Tanaman cabai dapat tumbuh optimal sampai pada ketinggian 2000 m dpl.
2.4.2.   Keadaan tanah
Tanaman cabai besar dapat tumbuh dan beradaptasi dengan baik pada berbagai jenis tanah, mulai dari berpasir hingga tanah liat. Untuk lahan bergambut perlu dilakukan perlakuan khusus sebelum dilakukan penanaman. Umumnya tanah yang baik untuk pertanaman cabai merah adalah  tanah lempung berpasir atau tanah ringan yang banyak mengandung bahan organik dan unsur hara.cabai merah dapat juga diusahakan di lahan pasang surut atau lahan bergambut (Harpenas dan Dermawan, 2010).
Tanaman cabai merah dapat tumbuh pada berbagai jenis  tanah, dengan syarat drainase dan aerase tanah yang cukup baik dengan pH tanah 5,5-7,0. Jika menginginkan panen dengan waktu yang cepat, cabai merah sebaiknya di tanam pada tanah lempung berpasir dan jika diharapkan panen yang lebih lambat maka  cabai merah lebih cocok ditanam pada tanah yang berat atau tanah liat (Intara et al, 2011).
2.4.3.   Iklim
Tanaman cabai besar menghendaki suhu 16º-32º C. Dengan curah hujan 1500-2500 mm pertahun dengan distribusi yang merata. Pada saat pembungaan sampai dengan pemasakan buah, cabai merah membutuhkan sinar matahari yang cukup yaitu berkisar antara 10-12 jam dengan kelembaban udara 80% (Hanum, 2008). Pengaruh temperatur terhadap perkecambahan benih cabai dapat dilihat pada Tabel 2.1










Tabel 2.1. Pengaruh Temperatur Terhadap Perkecambahan Benih Cabai Besar
Temperatur (ºC)
Jumlah tanaman yang baik (%)
Lamanya berkecambah (hari)
10
1
-
15
70
25,0
20
96
12,6
25
98
8,5
30
95
7,6
35
70
8,8
40
0
-
Sumber : Welles (1990)
Menurut Hanum (2008) menyatakan bahwa iklim yang paling cocok adalah daerah dengan suhu 25-30º C dengan persentase 98%, dan waktu yang di butuhkan untuk berkecambah lebih kurang 8,5 hari.
2.5.      Teknik Budidaya Cabai Besar
2.5.1.   Persiapan Lahan
Budidaya tanaman cabai harus diperhatikan sejak persiapan lahan, karena akan berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman serta sekaligus sebagai penerapan prinsip PTT (Pengolahan Tanah Terpadu). Pengolahan tanah dilakukan secara sempurna dengan mencangkul untuk membersihkan lahan dari kotoran akar bekas tanaman lama dan segala macam gulma yang tumbuh. Hal tersebut dilakukan agar pertumbuhan akar tanaman cabai tidak terganggu dan untuk menghilangkan tumbuhan yang menjadi inang hama dan penyakit. Apabila lahan skala luas banyak ditumbuhi gulma, pembersihannya dapat menggunakan herbisida sistemik dengan bahan aktif isopropil amina glifosat dengan dosis 2 - 4 liter per hektar. Selanjutnya lahan dibajak dan digaru dengan hewan ternak ataupun dengan bajak traktor. Pembajakan dan penggaruan bertujuan untuk menggemburkan, memperbaiki aerasi tanah dan untuk menghilangkan Organisme Penggangu Tanaman (OPT) yang bersembunyi di tanah ( Piay et, al. 2010).
2.5.2.   Persiapan Bibit
Untuk memperoleh bibit yang baik umumnya dilakukan penyemaian biji/benih di tempat persemaian, kemudian dilakukan penyapihan (pembumbungan) sebelum ditanam di lapangan. Tempat persemaian berupa bedengan berukuran lebar 1 m, diberi naungan atap plastik transparan, dan atap menghadap ke timur. Media persemaian terdiri dari campuran tanah halus dan pupuk kandang steril (1:1) dan Sebelum disemai bibit direndam dalam air hangat (50º C) atau larutan Previcur N (1 cc) selama 1 jam, untuk mempercepat perkecambahan dan menghilangkan hama/penyakit yang terbawa benih. Benih disebar rata pada bedengan dan ditutupi tipis tanah halus, lalu ditutupi lagi dengan daun pisang atau karung basah  Setelah benih berkecambah (7-8 hari) dan tutup daun pisang atau karung dibuka. Setelah membentuk 2 helai daun (12-14 hari) bibit dipindahkan ke dalam bumbungan dengan media yang sama (campuran tanah dan pupuk kandang). Bumbungan dapat mengurangi kerusakan akar bila dipindahkan ke lapangan. Dan Bibit siap ditanam setelah berumur 3-4 minggu dalam bumbungan yang mana Bibit tersebut sudah membentuk 4-6 helai daun, dan tinggi 5-10 cm. (Wardani dan Purwanta, 2008)
2.5.3.   Penanaman
Pemilihan waktu tanam yang tepat sangat penting, terutama berhubungan dengan ketersediaan air, curah hujan, temperatur, dan gangguan hama/penyakit. Sebaiknya cabai ditanam pada bulan agak kering, tetapi air tanah masih cukup tersedia. Waktu tanam yang baik juga tergantung jenis lahan, pada lahan kering pada awal musim hujan, pada lahan sawah pada akhir musim hujan sedangkan pada lahan beririgasi teknis akhir musim hujan (Maret-April) dan awal musim kemarau (Mei-Juni) Sebelum tanam, garitan-garitan yang telah disiapkan diberi pupuk kandang atau kompos, dengan cara dihamparkan pada garitan. Di atas pupuk kandang atau kompos diletakkan sebagian pupuk buatan, kemudian diaduk dengan tanah. Jarak tanam yang digunakan adalah 50 x 60 cm untuk dataran rendah dan 60 x 75 cm untuk dataran tinggi ( Hanum, 2008). Sedangkan menurut Hewindati (2006) Cabai ditanam dengan pola segitiga, jarak tanamnya adalah 50-60 cm dari lubang satu ke lubang lainnya. Jarak antar barisan 60-70 cm dibudidaya secara monokultur tidak dicampur dengan tanaman lain. Lubang dibuat dengan kedalaman 8-10 cm, dilakukan dengan cara menggali tanah dibagian mulsa yang telah dilubangi. Ukuran diameter lubang sesuai dengan diameter media polibag semai. Ukuran lubang mulsa lebih lebar sedikit dari pada lubang tanam.
2.5.4. Pemeliharaan
Menurut Hewindati (2006) tanaman cabai yang telah ditanam harus selalu dipelihara dengan teknik sebagai berikut:
1)      Bibit atau tanaman yang mati harus disulam atau diganti dengan sisa bibit yang ada. Penyulaman dilakukan pagi atau sore hari, sebaiknya minggu pertama dan minggu kedua setelah tanam.
2)      Semua jenis tumbuhan pengganggu (gulma) disingkirkan dari lahan bedengan tanah yang tidak tertutup mulsa. Tanah yang terkikis air atau longsor dari bedeng dinaikkan kembali, dilakukan pembubunan (penimbunan kembali).
3)      Pemangkasan atau pemotongan tunas-tunas yang tidak diperlukan dapat dilakukan sekitar 17-21 HST di dataran rendah atau sedang, 25-30 HST di dataran tinggi. Tunas tersebut adalah tumbuh diketiak daun, tunas bunga pertama atau bunga kedua (pada dataran tinggi sampai bunga ketiga) dan daun-daun yang telah tua kira-kira 75 HST.
4)      Pemupukan diberikan 10-14 hari sekali. Pupuk daun yang sesuai misalnya Complesal special tonic. Untuk bunga dan buah dapat diberikan pupuk kemiral red pada umur 35 HST. Pemupukan dapat juga melalui akar. Campuran 24, urea, TSP, KCL dengan perbandingan 1:1:1:1 dengan dosis 10 gr/tanaman. Pemupukan dilakukan dengan cara ditugal atau dicukil tanah diantara dua tanaman dalam satu baris. Pemupukan cara ini dilaksanakan pada umur 50-65 HST dan pada umur 90-115 HST.
5)      Kegiatan pengairan atau penyiraman dilakukan pada saat musim kering. Penyiraman dengan kocoran diterapakn jika tanaman sudah kuat. Sistem terbaik dengan melakukan penggenangan dua minggu sekali sehingga air dapat meresap ke perakaran. Penyemprotan tanaman cabai sebaiknya dikerjakan dalam satu hari yakni pada pagi hari jika belum selesai dilanjutkan pada sore hari.
6)      Pertumbuhan tanaman cabai perlu ditopang dengan ajir. Ajir dipasang 4 cm dibatas terluar tajuk tanaman. Ajir dipasang pada saat tanaman mulai berdaun atau maksimal 1 bulan setelah penanaman. Ajir bambu biasanya dipasang tegak atau miring.
2.5.5. Pengendalian Hama Penyakit
Menurut Harpenas dan Dermawan (2010), salah satu faktor penghambat peningkatan produksi cabai adalah adanya serangan hama dan penyakit yang fatal. Kehilangan hasil produksi cabai karena serangan penyakit busuk buah (Colletotrichum spp), bercak daun (Cerospora sp) dan cendawan tepung (Oidium sp) berkisar 5-30%. Strategi pengendalian hama dan penyakit pada tanaman cabai dianjurkan penerapan pengendalian secara terpadu. Menurut Wardani dan Purwanto (2008), Beberapa hama yang paling sering menyerang dan mengakibatkan kerugian yang besar pada produksi cabai sebagai berikut:
1.            Ulat Grayak (Spodoptera litura)
Hama ulat grayak merusak pada musim kemarau dengan cara memakan daun mulai dari bagian tepi hingga bagian atas maupun bagian bawah daun cabai. Serangan ini menyebabkan daun-daun berlubang secara tidak beraturan sehingga proses fotosintesis terhambat. Ulat grayak terkadang memakan daun cabai hingga menyisakan tulang daunnya saja. Otomatis produksi buah cabai menurun.
2.            Kutu Daun (Myzus persicae Sulz)
Hama ini menyerang tanaman cabai dengan cara menghisap cairan daun, pucuk, tangkai bunga, dan bagian tanaman lainnya. Serangan berat menyebabkan daun-daun melengkung, keriting, belang-belang kekuningan (klorosis) dan akhirnya rontok sehingga produksi cabai menurun.
3.            Lalat Buah (Bactrocera dorsalis)
Lalat buah menyerang buah cabai dengan cara meletakkan telurnya didalam buah cabai. Telur tersebut akan menetas menjadi ulat (larva). Ulat inilah yang merusak buah cabai.
4.            Trips (Thrips sp)
Hama trips menyerang hebat pada musim kemarau dengan memperlihatkan gejala serangan strip-strip pada daun dan berwarna keperakan. Serangan yang berat dapat mengakibatkan matinya daun (kering). Trips ini kadang-kadang berperan sebagai penular (vektor) penyakit virus.
Menurut Hewindati (2006) selain hama, musuh tanaman cabai adalah penyakit yang umumnya disebabkan oleh jamur /cendawan ataupun bakteri. Setidaknya ada enam penyakit yang kerap menyerang tanaman cabai yaitu:
1.            Bercak Daun (Cercospora capsici heald et walf)
Cendawan ini merusak daun dan menyebabkan timbul bercak bulat kecil kebasahan. Dikendalikan dengan pembersihan daun yang terkena, disemprot fungisida tembaga misal vitagram blue 5-10 gram/liter.
2.            Busuk Phytoptora (Phytoptora capsici Leonian)
Cendawan ini hidup di batang tanaman, menyebabkan busuk batang dengan warna cokelat hitam. Dikendalikan dengan manual atau fungisida sanitasi lingkungan.


3.            Antraknosa/Patek
Cendawan ini hidup didalam biji cabai. Menyebabkan bercak hitam yang meluas dan menyebabkan kebusukan. Dikendalikan dengan menanam benih bebas patogen, cabai yang terkena dibuang/dimusnahkan, pemberian fungisida Derasol 60 WP dicampur dengan Dithane M-45 dengan komposisi 1:5 dan dosis 2,5 gram/liter.
4.            Layu Bakteri (Pseudomonas solanacearum (E.F) Sm)
Bakteri ini hidup didalam jaringan batang, menyebabkan pemucatan tulang daun sebelah atas, tangkai menunduk. Dikendalikan dengan mengkondisikan bedengan selalu kering atau pencelupan bibit ke larutan bakterisida misal Agrymicin 1,2 gram/liter.
5.            Layu Fusarium (Fusarium oxysporium F. sp. Capsici schlecht)
Cendawan ini hidup di tanah masam, menyebabkan pemucatan atau layu tulang daun sebelah atas, tangkai menunduk. Dikendalikan dengan pengupasan, pencelupan biji pada fungisida dan pergiliran tanaman.
2.5.6.   Panen
Cabai besar dapat di panen pertama kali pada umur 70-75 hari setelah tanam untuk dataran rendah.dan pada umur 4-5 bulan untuk dataran tinggi, dengan interval panen 3-7 hari. Buah rusak yang disebabkan oleh lalat atau antraknose segera dimusnahkan. Buah yang akan dijual segar dipanen matang. Buah yang dikirim untuk jarak jauh dipanen waktu buah matang hijau. Buah yang akan dikeringkan dipanen setelah matang penuh. Sortasi dilakukan untuk memisahkan buah cabai besar yang sehat, bentuk normal dan baik. Kemasan diberi lubang angin yang cukup atau menggunakan karung jala. Tempat penyimpanan harus kering, sejuk dan cukup sirkulasi udara. (Wardani dan Purwanta, 2008). Sedangkan menurut Susila (2006),  pemanenan cabai besar pertama dapat dilakukan mulai 9 minggu setelah penanaman, dan panen yang berikutnya dapat dilakukan setiap 5-7 hari sekali. Dan buah yang telah dipanen segera disortir berdasarkan grade yang sesuai dengan pesanan pasar.
BAB III.  METODE PALAKSANAAN (PKL)

3.1. Waktu Dan Tempat
Kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini dilakukan pada  24 Januari -  24 Februari 2017. Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini bertempat di PT. BISI Internasional Tbk. Farm Pujon Desa Ngroto, Kecamatan Pujon, Kabupaten Malang.
3.2. Metode Pelaksanaan
Kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini yang akan dilaksanakan di Tempat PKL diatas dengan metode sebagai berikut:
1.      Pengenalan tempat/instansi secara umum di PT. Bisi Internasonal Tbk. Farm Pujon Kab. Malang. Tujuan dari pengenalan tempat tersebut supaya penulis dapat mengenal secara umum keadaan tempat yang dijadikan tempat Praktek Kerja Lapangan (PKL), pengenalan dilakukan pada awal/minggu pertama penulis datang ke tempat tujuan.
2.      Praktek langsung budidaya cabai besar dilapang
3.      Wawancara
3.3.       Jadwal Kegiatan
NO
MINGGU KE-
KEGIATAN
1
2
3
4
1.




Pengenalan lokasi PKL
2.




Penyemaian
3.




penanaman
4.




pemeliharaan
5.




panen
6.




Pasca panen


















DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik (BPS) Republik Indonesia. 2011. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Cabai, 2009-2010. Jakarta.
Badan Pusat Statistik Indonesia. 2012. Statistik Indonesia. Jakarta.
Duriat, A.L., N. Gunaeni dan A. W. Wulandari. 2007. Penyakit penting tanaman cabai dan pengendaliannya. Balai penelitian tanaman sayuran. Bandung.
Hanum, Chairani. 2008. Teknik Budidaya Tanaman Jilid 2 Untuk SMK. Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional.
Harpenas, A. Dan R. Dermawan. 2010. Budidaya Cabai Unggul. Jakarta: Penebar Swadaya
Hatta, Muhammad. 2012. Pengaruh Pembuangan Pucuk Dan Tunas Ketiak Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Cabai. Jurnal Floratek 7: 85-90
Hewindati dan Y. Tri. 2006. Hortikultura. Jakarta: Universitas Terbuka
Intara, Y.I., A. Sapei., Erizal., N. Sembiring., dan M.H.B. Djoefrie. 2011. Mempelajari Pengaruh Pengolahan Tanah Dan Cara Pemberian Air Terhadap Pertumbuhan Tanaman Cabai (Capsicum annuum L). Jurnal EMBRYO 1 (8): 32-39
Laksono, D.K., C. Nasahi. Dan N. Susniahti. 2010. Inventarisasi Penyakit Pada Tanaman Jarak Pagar (Jatropa Curcas L) Pada Tiga Daerah Di Jawa Barat. Jurnal Agrikultura 21(1): 31-38
Meilin, A. 2014. Hama Dan Penyakit Pada Tanaman Cabai Serta Pengendaliannya. Balai pengkajian teknologi pertanian Jambi. Jambi.
Piay, S. S., A. Tyasdjaja, Y. Ermawati dan F. Rudi Prasetyo Hantoro. 2010. Budidaya dan Pascapanen Cabai Merah (Capsicum annuum L). Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian. Jawa Tengah.
Prajnanta, F. 2007. Kiat Sukses Bertanam Cabai di Musim Hujan. Penebar Swadaya. Jakarta. 
Ralahalu, M.A., M.L. Hehanussa., Dan L. L. Oszaer. 2013. Respon Tanaman cabai Besar (Capsicum annuumn L) Terhadap Pemberian Pupuk Organik Hormon Tanaman Tunggal. Jurnal Agrologia 2 (2): 86-169
Semangun, H. 2008. Penyakit-Penyakit Tanaman Hortikultura di Indonesia. Penerbit Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Sibarani. M.F. 2008. Uji Efektifitas Beberapa Pestisida Nabati Untuk Mengendalikan Penyakit Antraknosa Pada Tanaman Cabai Dilapangan. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Medan
Susila, A.D. 2006. Panduan Budidaya Tanaman Sayuran. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Sutarini, N., I. K. Sumiartha., N. W. Suniti., I. P. Sudiarta.,G. N. Wirya dan M. S. Utama. 2015. Pengendalian Penyakit Layu Fusarium Pada Tanaman Cabai Besar (Capsicum annum) Dengan Kompos Dan Pupuk Kandang Yang Dikombinasikan Dengan Trichoderma sp. Di rumah Kaca. Jurnal Agroekoteknologi Tropika 2(4): 71-81
Taufik, M., 2013. Analisis Pengaruh Suhu Dan Kelembapan Terhadap Perkembangan Penyakit Tobacco Mosaic Virus Pada Tanaman Cabai. Jurnal Agroteknologi 2 (3): 94-100
Tuhumury, G.N.C., dan H.R.D. Amanupunyo. 2013. Kerusakan  Tanaman Cabai Akibat Penyakit Virus Didesa Waimital Kecamatan Kairatu. Jurnal Agrologi 1(2): 1-85
Wardani, N. Dan Purwanta, J.H. 2008. Teknologi Budidaya Cabai Merah. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung. Bandar lampung.
Yulianty dan Tudjang, T.H. 2007. Pengaturan Lama Perendaman Benih Cabai (Capsicum Annuum L) Dalam Fungisida Berbahan Aktif Benomyl Untuk Menekan Perkembangan Penyakit Antraknosa. Jurnal Sains MIPA (13): 49-54.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cara Instal Windows 8 Melalui DVD

Cara Install Windows 7 Dengan Flashdisk